Rabu, 20 Agustus 2014

Budaya, Ciri Khas dan makanan Tanjung Tabalong Kalsel

 Makanan Khas
    Gangan Paliat adalah Salah satu masakan khas  urang Tabalong. dimana asal sumber masakan ini adalah dari Kota Kelua, yang tepatnya lagi dari sebuah desa kecil  yang namanya adalah Desa Paliat, Desa Paliat sendiri berjarak kurang lebih 18 Km dari ibukota Tabalong/Kota Tanjung dan memakan waktu kira-kira 20 menit perjalanan normal. nama Gangan Paliat ini diambil dari nama Desa tersebut yaitu Paliat.
Didalam gangan paliat, ikan utamanya adalah ikan Baung, bisa juga digantikan dengan Ikan Gabus, Ikan Tauman dan bisa juga dengan Udang. Gangan paliat ini tidak hanya terkenal di kota Kelua dan Tanjung saja, namun kelezatan masakan ini mampu mengundang orang-orang dari luar daerah seperti Amuntai, Paringin, Barabai dan kota lainnya hanya untuk datang ingin mencicipi gangan paliat tersebut.
     Umumnya, pemilik warung gangan Paliat adalah warga Desa Paliat. Namun, mencari masakan gangan Paliat tak perlu lagi ke Desa Paliat. Karena penjual masakan itu sudah menyebar di Kabupaten Tabalong. Seperti dilakoni Hj Mariam warga Desa Paliat RT 2, yang berjualannya Jumat dan Sabtu di kawasan Terminal Transit Regional Desa Mabuun, Kecamatan Murung Pudak, sedangkan Sabtu sampai Kamis di Pasar Kelua, lalu Senin di Tamiyang Layang, Kalimantan Tengah.
Ditemui di lokasi berjualannya di samping Mal Thaybah kawasan terminal Mabuun, Ny Mariam didampingi sang suami Hj Zainuddin menceritakan, dia pernah mengikuti pameran dagang bertajuk The 5 Th SMEs’CO Festival gelaran Departemen Perindagkop, di Jakarta Convention Center dan dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
     Yang menggembirakan, selama pameran pada 12-14 April 2007, Kabupaten Tabalong dengan menampilkan Gangan Paliat mampu menarik perhatian pengunjung. Kalau kabupaten/kota lain di Kalimantan Selatan menonjolkan barang khas daerah masing-masing, justru gangan Paliat terlihat lebih diminati.
      “Siang hari kan pada lapar. Jadi, Gangan Paliat diserbu pengunjung yang bukan hanya warga Banjar saja. Seorang warga Jakarta yang bernama Ahmad Faruk, dia adalah pemilik restoran khas Indonesia di Singapura, mengajak kerjasama untuk membawa Gangan Paliat ke Singapura,” kata Ny Mariam.
       Dikatakan suami Mariam, H Zainuddin. ketertarikan Ahmad Faruk disebabkan gangan Paliat mempunyai citra rasa nikmat dan hieginis. “Dia cenderung memilih penganan tidak berbau unsur kimia. Nikmat tidak berkurang tapi tinggi nilai kesehatannya. Kendati berlemak tapi diimbangi asam kuit yang mampu mengurangi masalah lambung atau gangguan pencernaan,”
Bumbu makanan ini 80 % terbuat dari kunyit dicampur santan kental dan asam kuit. Bumbu lainnya, kemiri, laos, daun serai, cabe merah, bawang merah. Ditambah penyedap rasa, air, garam, ikan basah semisal baung, patin, pipih, haruan, udang dan lain-lain.
Bagi yang belum pernah mencobanya silahkan aja datang ke Kota Kelua.


BINGKA KACUNG
       Bentuk dan cara pembuatan Kue Bingka Kacung ini sebenarnya sama dengan kebanyakan Bingka-Bingka lainnya, namun rasa dan kelezatan yang dimiliki Bingka Kacung ini mampu membuatnya terkenal di Kota Kelua dan Tanjung Tabalong.
Mengapa dinamakan Bingka kacung? Kacung adalah nama seorang warga desa kelua yang bertempat tinggal di dekat Mesjid besar Ar-Ridha Kelua yaitu orang yang membuat kue bingka ini, karena kue bingka buatannya sangat lezat dan gurih, itulah yang membuat kue bingka ini terkenal dan akhirnya orang-orang secara tidak sadar dan tidak sengaja dari mulut kemulut memberi nama kue ini menjadi Bingka Kacung, dalam artian Bingka Punya si Kacung.
      Harga satu Bingka kacung ini agak relatif agak mahal dibandiingkan dengan bingka-bingka lainnya, namun karena rasanya yang enak, itu tak menyurutkan para penikmatnya untuk membelinya.
Untuk daerah Tanjung, Bingka ini lebih terkenal dengan sebutan Bingka Kelua, karena  para pedagang  kue  Bingka disana membelinya (bingka kacung) di kota kelua.
Bingka kacung ini merupakan kue yang banyak disukai warga kelua dan tanjung, penjualan kue bingka kacung ini lebih membludak dan meningkat tajam apabila menjelang bulan ramadhan, para warga kelua dan tanjung yang menyukai bingka kacung ini selalu berburu bingka ini untuk dijadikan kue penutup makan setelah berbuka puasa. apabila terlambat membelinya maka jangan heran kalau kue bingka kacung ini sudah habis dijual dipasar.
      Untuk sementara ini hanya 2 masakan dan kue diatas saja yang  penulis ketahui menjadi ciri khas dari kuliner yang dimiliki Kota Kelua, yang tentunya tidak dimiliki daerah lain, yaitu Gangan paliat dan Bingka Kacung.
Namun Kuliner di Kota Kelua tidak itu saja, masih banyak lagi macam-macam kuliner makanan, kue, jajanan, dll yang ada di kota kelua serta dijumpai di banyak daerah-daerah lain di Kalimantan Selatan. berikut akan penulis tampilkan gambarnya satu persatu :
Soto
Gado-gado

Nasi goreng









Nasi sop









Wadai kiping

Wadai kelelepon

Wadai lamang


Wadai Pais

Wadai Apam
Wadai Dadar Gulung


























Sumber : klik disini
Nilai Budaya

 
Di dalam kehidupan masyarakat Tabalong yang sudah berproses berabad-abad lamanya, telah mengukir suatu bentuk kebudayaan dan tradisi orang Banjar pada umumnya dan juga masyarakat Tabalong pada khususnya, suatu bentuk kebudayaan dan tradisi tersebut di atas merupakan perpaduan antara Suku Dayak dan Bangsa Melayu dan Jawa. Ajaran Islam yang dibawa oleh pedagang Arab dan Persia memasuki masyarakat Banjar, banyak mempengaruhi, campuran ini yang jelas terlihat pada kehidupan penduduk.Upacara tradisional masih memegang peranan penting dalam setiap tahap kehidupan orang Banjar. Sebagai contoh, seorang anak yang menginjak dewasa dan telah menyelesaikan pelajaran Kitab Suci Al-Qur’an dirayakan dengan upacara “BATAMAT”

Kemudian, contoh lain seorang bayi yang lahir diberi nama dalam suatu upacara “TASMIAH”;. Semua ini adalah ciri yang mewarnai kehidupan orang atau masyarakat Tabalong. Tarian juga memegang peranan penting dalam upacara-upacara tradisional, demikian juuga dengan beberapa tarian dan pertunjukan, seperti Tarian Dadas Suku Dayak, Madihin, Lamut, Mamanda, Silat, Gentor, serta pertunjukan yang diiringi dengan menaiki pohon Manau (Rotan besar yang berduri) sebagai pengujian kekebalan.

Sumber : klik disini





























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar